AKHLAK NABI MENJAMU TAMU
Sudah menjadi tradisi bahwa ketika datang Hari Raya Idul Fitri, semua umat islam berduyun-duyun berkunjung ke handai taulan, keluarga, dan teman. Islam mengajarkan kita agar berusaha menyambut tamu dengan baik. Sebagaimana hadis Rasulullah SAW,
"
Barang siapa memberi makan saudaranya hingga kenyang dan memberinya minum hingga segar, maka Allah menjauhkannya dari neraka dengan tujuh parit yang antara dua parit itu perjalanan lima ratus tahun," (HR Thabrani).
Kalau begitu, bagaimana caranya menjamu tamu? berikut nasehat Rasulullah SAW:
Berilah Makanan
Dalam hadis ditegaskan, "
Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya," (Muttafaq Alalih).
Bahkan, ketika Rasul tidak mempunyai apa-apa untuk disajikan, beliau rela meminjam untuk memberi sajian kepada tamunya.
Abu Rafi' maula (bekas budak), Rasulullah berkata bahwasannya singgah seorang tamu kepada Rasulullah SAW, maka beliau bersabda,
"
Katakanlah kepada Fulan, seorang Yahudi, 'Seorang tamu singgah padaku, maka pinjamkan saya sesuatu dari tepung (gandum) sampai bulan Rajab".
Lalu orang Yahudi itu berkata,
"
Demi Allah, saya tidak meminjamkan beliau kecuali dengan jaminan." Lalu saya memberitahukannya maka beliau bersabda,
"
Demi Allah aku adalah orang yang dipercaya di langit, orang yang dipercaya di bumi. Dan seandainya ia meminjam kan aku niscaya aku akan menunaikannya. Bawalah baju besi ku dan gadaikan disisinya!" HR Ishaq bin Rawahih)
Dipercepat
Salah satu bentuk memuliakan tamu adalah menyajikan makanan secepat mungkin. Seperti nasehat Rasulullah melalui sebuah hadis,
"
Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hedaklah ia memuliakan tamunya."
Jika kita memberi makan tamu, berikan makanan yang terbaik dan lezat yang kita punya, setidaknya tidak lebih buruk dari yang kita makan.
Dahulukan Buah
Lalu, menu apa yang kita dahulukan untuk tamu kita? Menu yang sebaiknya didahulukan untuk tamu adalah buah, jika memang kita memilikinya.
Disebutkan dalam Al-Qur'an, "
Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih," (QS Al-Waqi'ah (56):20)
Imam Ghazali menjelaskan, urutan itu lebih tepat karena buah-buahan itu cepat diproses oleh pencernaan
Sajikan Daging
Setelah buah-buahan, maka boleh menyajikan daging dan roti dicampur kuah.
Nabi Muhammad SAW bersabda: "
Keutamaan Aisyah atas wanita-wanita lain adalah seperti keutamaan roti campur kuah daging (tsarid) atas seluruh makanan," (HR Tirmidzi)
Menyajikan yang paling halus sehingga orang dapat menyempurnakannya dan tidak memperbanyak makan sesudahnya.
Jangan Buru-buru
Ketika tamu baru saja menyelesaikan makannya, jangan buru-buru diambil piringnya.
Tunggu dulu beberapa saat, setidaknya menunggu tamu mengankat tangannya dari makanan tersebut.
Semua Ke bagi an
Jika tamu kita banyak jangan sampai ada salah satu yang tidak ke bagi an. Tapi, yang juga jangan terlalu berlebihan. Ibnu Mas'ud berkata:
"
Kami dilarang untuk memperkenankan undangan orang yang bermegah-megahan dengan makanannya."
Oleh karena itu, tidak pernah kelebihan makanan itu diangkat dari hadapan Rasulullah SAW karena mereka tidak menyajikan kecuali menurut kadar kebutuhan padahal mereka makan dengan tidak terlalu kenyang.
Wallahua'lam bisshawab.
Sumber:
Majalah Hikmah.