Sabtu, 12 Oktober 2013

Mengalahkan pejabat dengan sulap

Suatu ketika, Abu Nawas menerima undangan untuk sebuah jamuan makan malam. Di dalam undangan itu ia juga diminta untuk mengisi acara hiburan. Maka, Abu Nawas pun datang menghadiri undangan itu untuk menghormati dan menyenangkan tuan rumah. Namun, karena Abu Nawas datang lebih awal, Abu Nawas pun dipersilah kan duduk di kursi bagian depan.
Di kursi itu, Abu Nawas seakan menjadi tamu yang terhormat.
Beberapa saat kemudian, para undangan yang lain pun hadir dan langsung menempati kursi-kursi yang sudah disediakan. Kemudian menyusul para pejabat kerajaan yang datang dan langsung menuju kursi paling depan. Akan tetapi pejabat itu terkejut karena kursi paling depan sudah diisi oleh Abu Nawas. Mendapatkan kenyataan itu, pejabat tersebut lalu memprotes panitia penyelenggara makan malam dengan keras.
"Kenapa saya yang lebih hormat berada di belakang dan justru Abu Nawas itu berada di depan?" Protes pejabat itu.
"Pertanyaan Bapak seharusnya dilontarkan langsung kepada Abu Nawas," kata panitia sambil menunjukkan posisi Abu Nawas.
Sesuai Janji
Merasa posisinya disamakan dengan masyarakat yang lain, pejabat itu pun tidak terima. Dia berjalan ke depan menuju Abu Nawas dan berbisik bahwa yang pantas duduk di kursi depan seharusnya adalah dirinya, seorang pejabat yang terho"rmat.
"Abu Nawas, kamu tidak pantas duduk disini, karena seharusnya kursi depan diisi oleh pejabat seperti saya," tegas pejabat itu congkak.
Mendapatkan teguran sombong dan merendahkan dirinya itu, Abu Nawas mulai angkat bicara. Maka, terjadilah perdebatan di antara keduanya yang cukup menghebohkan semua hadirin di acara itu.
"Saudara Pejabat, pada kenyataanya anda tidak lebih dari seorang pesulap!" Kata Abu Nawas dengan suara yang cukup lantang.
"Wah, tidak bisa seperti itu, saya pejabat dan bukan pesulap seperti anda!" Cetusnya.
Semua undangan yang hadir pun menjadi tegang. Sebagian dari mereka ada yang berdiri untuk menyaksikan perdebatan itu dan berharap Abu Nawas mampu melumpuhkan pejabat yang dikenal sangat sombong itu.
"Sekalipun saya adalah pesulap, tapi ketika naik panggung saya bisa bertindak sesuai janji. Saat saya berjanji mengubah sapu tangan menjadi kelinci, maka bim salabim sapu tangan itu benar-benar berubah menjadi kelinci," ujar Abu Nawas.
Pejabat Malu
"Maksudnya bagaimana? Apa hubungannya?"  Tanya sang pejabat.
"Anda saya katakan sebagai pesulap gagal karena Anda tidak bisa mengubah itu. Ketika Anda naik panggung, Anda hanya berjanji akan mengubah hidup rakyat kecil menjadi lebih baik.
Tapi setelah Anda terpilih menjadi pejabat, keadaan rakyat kecil sama sebelum Anda menduduki jabatan itu," Ujar Abu Nawas dengan tegas.
Mendapatkan perkataan demikian, pejabat itu hanya bisa diam seribu bahasa dengan perasaan malu. Kepalanya pun menunduk seakan tidak tahan dengan kata-kata Abu Nawas yang telah mempermalukan nya dihadapan orang banyak.
"Nah kalau begitu, mana yang lebih baik dan lebih pantas duduk di jajaran paling depan?!" Tanya Abu Nawas dengan oenuh percaya diri.
Tanpa menjawab sepatah kata pun, pejabat itu pun kembali ke tempat duduknya di belakang seperti semula.
Source: TABLOID HIKMAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kedudukan Pelajar

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ كَانَ فِي سَبِيلِ ...