Rabu, 09 Oktober 2013

Bahagia di alam kubur berkat sedekah

Dikisahkan bahwa pada setiap malam Jumat, seorang wali bernama Tsabit al Banani memiliki kebiasaan berziarah kubur. Kebiasaan itu ia lakukan setiap pekannya untuk mengingat kan dirinya akan kematian yang pasti akan datang kepada setiap manusia. Di pemakaman yang ia ziarahi itu biasanya ia berdoa dan bermunajat kepada Allah hingga tiba waktu subuh.
Pada suatu saat ketika ia sedang bermunajat di pemakaman, Tsabit al Banani tidak sengaja tertidur. Tak lama kemudian ia bermimpi aneh, dalam mimpinya itu ia melihat beberapa penghuni kubur bangkit dengan menggunakan pakaian yang indah dan wajah yang putih berseri. Para ahli kubur itu sedang gembira karena mendapat beraneka macam hidangan makanan yang lezat, para ahli kubur itu pun menyantap nya dengan lahap.
Kiriman doa
Akan tetapi di tengah suasana yang gembira itu, ada satu di antara ahli kubur yang nampak bersedih. Wajahnya pucat dan rambutnya berantakan. Ia menyendiri dan hanya bisa melihat rekan ahli kubur yang sedang menyantap hidangan makanan.
Ahli kubur yang sedih itu tidak mendapat kan apa-apa di malam Jumat itu. Kepalanya hanya menunduk dengan air mata yang terus membasahi pipinya. Tak lama kemudian, penduduk alam kubur kembali ke tempatnya dengan riang. Sementara pemuda ahli kubur itu kembali dengan penuh kesedihan.
Melihat hal itu, Tsabit langsung menyapa ahli kubur yang sedih itu.
Ia berkata "Hai pemuda, siapa kamu? Mengapa teman-temanmu semua mendapat suguhan makanan dan pulang dengan perasaan riang, sedangkan kamu tidak mendapat suguhan danltwp wajahmu sedih sekali?"
Kemudian pemuda itu menjawab,
"Wahai ulama, aku terasing diantara mereka. Tak ada yang mengingatku dang mengirimiku dengan doa."
"Kenapa bisa demikian?"
Tanya Tsabit masih penasaran.
"Mereka punya anak dan kerabat yang masih mengingat nya dengan doa, amal baik, dan sedekah tiap malam Jumat, buah amal baik dan sedekah yang dilakukan keluarganya sampai kepada mereka yang telah mati."
Tutur pemuda tersebut.
Lebih lanjut, pemuda itu pun menuturkan tentang kematian dirinya pada saat pergi haji bersama ibunya. Saat itu ketika memasuki Mesir, ia meninggal dunia dan dimakam kan ditempat yang biasanya diziarahi Tsabit tersebut. Sedangkan ibunya di peristri oleh seseorang dan melupakan dirinya. Jangankan bersedekah atas nama dirinya, mengirim doa saja tidak pernah.
"Sungguh aku merasa bersedih dan putus asa setiap malam Jumat." Imbuh ahli kubur itu.
"Lalu, dimana tempat ibumu tinggal?" Tanya Tsabit
Sedekah 100 dirham
Ahli kubur itu pun memberitahu kan dimana ibunya itu  tinggal beserta suaminya yang baru. Tsabit pun berencana untuk menemui ibu ahli kubur tersebut untuk memberitahu kan tentang keadaan anaknya di alam kubur.
"Wahai ulama, jika ibuku tidak percaya kepadamu, katakan padanya bila didalam kantongnya ada 100 dirham peninggalan ayahku. Semoga hal ini bisa membuatmu dipercaya." Jelasnya.
Tak lama kemudian, Tsabit pun bergegas mencari alamat ibu pemuda itu hingga akhirnya ia menemukannya. Ia pun menceritakan kejadian tentang kesedihan anaknya di alam kubur. Mulanya ibu itu tidak mempercayai nya, namun ketika Tsabit menyebut 100 Dirham, barulah perempuan itu percaya dan langsung pingsan. Setelah sadar, ia pun memberikan uang 100 Dirham itu kepada Tsabit.
"Aku berharap engkau sudi menolongku memberikan uang ini agar anakku tidak lagi terasing di alam kubur," jelas perempuan itu.
Tsabit pun uang itu kemudian disedekah kan kepada orang yang membutuh kan. Pada malam berikutnya, Tsabit kembali berziarah di pemakaman tersebut. Tak lama kemudian ia bermimpi ditemui ahli kubur yang yang sedih itu.
Namun pada malam itu ahli kubur itu tampak gembira. Ia mendapatkan suguhan dan makanan lezat. Ia pun berterima kasih kepada Tsabit karena berkat sedekah dan doa ibunya, akhirnya ia bisa bahagia di alam kubur.
"Wahai ulama, semoga Allah menyayangimu sebagaimana engkau menyayangiku," katanya kepada Tsabit.
Source: TABLOID HIKMAH

1 komentar:

Kedudukan Pelajar

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ كَانَ فِي سَبِيلِ ...